Kompleksitas kehidupan dan persaingan di abad ke-21 telah melahirkan tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan secara global telah merespon tantangan abad ke-21 ini dengan menjadikan keterampilan abad ke-21 (21st Century Skills) sebagai tujuan global bidang pendidikan. Keterampilan abad ke-21 terdiri atas tiga komponen besar, yakni thinking, acting, dan living in the word. Keterampilan ini meliputi kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, literasi digital, literasi teknologi, inisiatif, adaptabilitas, pemahaman global, kepemimpinan, dan kesiapan karir. Pendidikan abad ke-21 bercirikan pembelajaran yang berorientasi pada penumbuhan keterampilan-keterampilan berpikir, bertindak, dan hidup di dunia sebagaimana dinyatakan sebagai keterampilan abad ke-21.
Berbagai proses reformasi dan inovasi telah dilakukan sejumlah negara maju untuk mewujudkan pendidikan yang berorientasi pada keterampilan abad ke-21, antara lain melalui penerapan pendidikan STEM (STEM Education). STEM merupakan akronim dari science, technology, engineering, dan mathematics. Istilah STEM sendiri diluncurkan oleh National Science Foundation AS pada tahun 1990-an sebagai suatu tema gerakan reformasi pendidikan dalam keempat bidang disiplin tersebut untuk menumbuhkan angkatan kerja bidang-bidang STEM, serta mengembangkan warga negara yang melek STEM (Haniover Research, 2011).
Sebagai komponen dari STEM, sains adalah kajian tentang fenomena alam yang melibatkan observasi dan pengukuran, sebagai wahana untuk menjelaskan secara obyektif alam yang selalu berubah. Terdapat beberapa domain utama dari sains pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yakni fisika, biologi, kimia, serta ilmu pengetahuan kebumian dan antariksa. Teknologi adalah tentang inovasi-inovasi manusia yang digunakan untuk memodifikasi alam agar memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga diharapkan dapat membuat kehidupan lebih baik dan lebih aman. Teknologi-teknologi membuat manusia dapat melakukan perjalanan secara cepat dan dapat berkomunikasi langsung dengan orang lain di tempat yang berjauhan,. Enjiniring (engineering) adalah pengetahuan dan keterampilan untuk memperoleh dan mengaplikasikan pengetahuan ilmiah, ekonomi, sosial, serta praktis untuk mendesain dan mengkontruksi mesin, peralatan, sistem, material, dan proses yang bermanfaat bagi manusia secara eknomis dan ramah lingkungan. Selanjutnya, matematika adalah ilmu tentag pola-pola dan hubungan-hubungan, dan menyediaka bahasa bagi teknologi, sains, dan enjiniring (Bybee, 2013). Pendidikan STEM tidak bermakna hanya berupa penguatan praksis pendidikan dalam bidang-bidang STEM secara terpisah, melainkan mengembangkan pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan sains, teknologi, enjiniring, dan matematika, dengan memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan STEM memberikan peluang bagi guru untuk memperlihatkan kepada semua peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, enjiniring, dan matematika digunakan secara terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem yang digunakan dalam kehidupan sehar-hari.
Pemahaman yang paling tepat tentang integrasi pendidikan STEM dimulai dari hasil ujian sekolah dan ujian nasional disesuaikan dengan tujuan pelajaran yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan.Pada dasarnya, tujuan-tujuan tersebut dirancang untuk meningkatkan daya saing global dalam ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi serta untuk meningkatkan pemahaman pendidikan STEM untuk semua warga masyarakat. Dengan menjaga agar tujuan-tujuan tersebut selalu terekam dalam pikiran (mindset), sehingga para pendidik dapat mengembangkan seperangkat praktek, sehingga tujuan-tujuan pendidikan yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan dapat memenuhi tuntutan bidang interdisipliner karir pekerjaan.
Tujuan STEM dirancang untuk meningkatkan daya saing global dalam ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi serta untuk meningkatkan pemahaman integrasi pendidikan STEM semua masyarakat. Selain mengembangkan konten pengetahuan di bidang sains, teknologi, rekayasa/desain dan matematika, pendidikan integrasi STEM juga berupaya untuk menumbuhkan softskill seperti penyelidikan ilmiah dan kemampuan memecahkan masalah. Dengan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dengan didukung perilaku ilmiah, untuk itu pendidikan integrasi STEM berusaha untuk membangun masyarakat yang sadar tentang pentingnya literasi STEM. Literasi STEM sendiri mengacu pada kemampuan individu untuk menerapkan pemahaman tentang bagaimana ketatnya persaingan bekerja di dunia nyata yang membutuhkan empat domain yang saling terkait.
Penguasaan ilmu eksakta, terutama di bidang science, technology, engineering, dan mathematic (STEM), memegang peran penting dalam dunia pendidikan. Menghadapi tuntutan bidang karir pekerjaan atau keterampilan abad 21, keempat bidang tersebut menjadi kunci sukses bagi pembangunan pendidikan Indonesia. Pendidikan terpadu berbasis STEM dapat membentuk sumber daya manusia yang mampu bernalar dan berpikir kritis, logis, dan sistematis. Pendekatan terpadu pendidikan STEM dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan interdisipliner dalam mempersiapkan bidang karir pekerjaan dan sekaligus untuk mewujudkan proyeksi Indonesia sebagai negara perekonomian terbesar ketujuh di dunia pada tahun 2030. Pengajaran dan pembelajaran berbasis pendidikan STEM penting untuk digunakan sebagai alat evaluasi bidang karir pekerjaan.
STEM saat ini menjadi suatu pendekatan dalam mengatasi permasalahan di dunia nyata dengan menuntun pola pikir siswa layaknya insinyur dan ilmuwan berpikir. Melalui STEM ini, siswa dituntun menjadi pemecah masalah, penemu, inovator, membangun kemandirian, berpikir logis, melek teknologi, dan mampu menghubungkan pendidikan STEM dengan dunia kerjanya. Pendidikan STEM menerapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang sengaja menempatkan penyelidikan ilmiah dan penerapan matematika dalam konteks merancang teknologi sebagai bentuk pemecahan masalah. Penyelidikan ilmiah jarang terjadi dalam pendidikan teknologi dan kegiatan mendesain teknologi jarang terjadi di kelas sains. Tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, desain dan penyelidikan ilmiah secara rutin diaplikasikan secara bersamaan sebagai teknis solusi untuk masalah dunia nyata.
Dalam sudut pandang sebagai mahasiswa dan akademisi, tentunya sangat mendukung penerapan pendidikan STEM dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Hal ini tentunya unuk mempersiapkan sumber daya manusia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan peradaban dunia. Pendekatan STEM bisa menjadi kunci dalam menghasilkan generasi penerus bangsa yang mampu bersaing di kancah global. Oleh sebab itu, pendidikan STEM kedepannya perlu menjadi kerangka-rujukan bagi pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia.
Tulisan ini telah dimuat dalam kolom opini Rakyat Pos
Komentar
Posting Komentar